Tema : “Guru Hebat, Indonesia Kuat”
Judul Praktik Baik : "Membangun Generasi Berkarakter dan Berintegritas"
Topik :
Pembelajaran Berdiferensiasi
Materi Pokok : Pembulatan ke satuan, puluhan dan ratusan terdekat
Kompetensi Dasar : Memahami dan menyelesaikan masalah pembulatan ke
satuan, puluhan dan ratusan terdekat
Tujuan :
Siswa dapat menyelesaikan masalah pembulatan ke satuan,
puluhan dan ratusan terdekat
PENDAHULUAN
Sekolah Cinta Kasih adalah institusi pendidikan yang berfokus pada
pembentukan karakter dan integritas siswanya. Lingkungan sekolah ini dirancang
untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran yang berdiferensiasi,
setiap siswa dihargai sesuai dengan potensi dan bakatnya masing-masing. Sekolah
ini terletak di lingkungan yang sejuk dan nyaman, dikelilingi oleh pepohonan
hijau yang memberikan suasana belajar yang menyenangkan dan inspiratif.
Filosofi dasar sekolah ini adalah bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki
cara belajar yang berbeda-beda. Visi dari Sekolah Cinta Kasih adalah untuk
menciptakan insan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga
unggul dalam moral dan etika.
Setiap pagi, sebelum memulai aktivitas belajar, seluruh siswa dan
staf sekolah berkumpul di ruang agama masing-masing untuk melakukan doa
bersama. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menanamkan nilai spiritual dan
moral yang kuat dalam diri setiap siswa. Doa bersama ini tidak hanya berfungsi
sebagai bentuk ibadah, tetapi juga sebagai momen untuk memusatkan pikiran dan
menyiapkan mental/ memberikan ketenangan batin dan semangat positif sebelum
proses pembelajaran.
Dalam kegiatan doa bersama, setiap individu memiliki peran dan
tanggung jawab yang spesifik. Guru bertugas memimpin dan membimbing jalannya
doa, memastikan suasana tetap terfokus. Di sisi lain, siswa didorong untuk
berpartisipasi aktif dan memahami pentingnya refleksi spiritual sebagai bagian
dari pengembangan karakter mereka.
Setelah kegiatan doa bersama, siswa kembali ke ruang kelas
masing-masing untuk mengikuti sesi pilar bersama wali kelas mereka. Pilar dilakukan
untuk memperkuat nilai-nilai karakter seperti kejujuran, kerjasama, disiplin
dan tanggung jawab. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat pemahaman siswa
tentang pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pilar
dilakukan setiap hari setelah selesai doa pagi bersama dengan wali kelas
sebagai pembimbing dan menjelaskan kepada siswa tentang topik pada pilar
tersebut seperti “saya menyayangi lingkungan” siswa diajak untuk memberikan
contoh cara menjaga lingkungan salah satunya yaitu dengan tidak membuang sampah
sembarangan
Selain membimbing kegiatan pilar, tanggung jawab wali kelas juga
mencakup membangun komunikasi yang baik antara siswa dengan guru, serta
mendukung perkembangan pribadi dan akademik siswa.
Dalam sesi pilar, wali kelas berperan sebagai fasilitator yang
membimbing siswa dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai karakter yang telah
diajarkan. Siswa diharapkan untuk terlibat aktif dalam diskusi dan berbagi
pengalaman pribadi yang relevan, sehingga mereka dapat belajar dengan
teman-temannya dan memperkuat komitmen mereka terhadap nilai-nilai tersebut.
Saat memasuki sesi pelajaran matematika, kegiatan diawali dengan
memberi salam kepada guru sebagai bentuk penghormatan dan membangun hubungan
positif antara siswa dan pengajar dan juga diawali dengan guru menanyakan kabar
serta perasaan siswa agar siap menerima pelajaran yang diberikan. Setelah itu,
dilanjutkan dengan ice breaking untuk merenggangkan bagian tubuh dan menciptakan
suasana yang menyenangkan serta memotivasi siswa agar siap menerima materi
pelajaran. Sebelum guru memberikan materi pembelajaran saat itu, guru bersama
dengan siswa mengulas kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan
tujuan siswa dapat mengingat pelajaran yang telah dipelajari dan akan dikaitkan
dengan pelajaran yang akan dipelajari saat itu.
KEGIATAN INTI
Kegiatan dilanjutkan dengan pembahasan materi pelajaran yaitu
pembulatan angka baik dari pembulatan ke ribuan terdekat, pembulatan ke ratusan
terdekat, pembulatan ke puluhan terdekat maupun pembulatan ke satuan terdekat dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang jelas di awal sesi agar peserta didik
dapat mengetahui capaian yang diharapkan pada pembelajaran saat itu. Guru dan siswa bersama-sama membahas konsep
pembulatan yaitu aturan pembulatan, menjelaskan contoh soal, berdiskusi, dan meminta
siswa untuk menyelesaikan soal secara kolaboratif dengan tujuan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan meningkatkan pemahaman serta
keterampilan berpikir kritis siswa.
Salah satu tantangan dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu
menyesuaikan metode dan materi dengan kebutuhan setiap peserta yang
berbeda-beda. Pada materi pembulatan yang sering dianggap suatu konsep
membosankan oleh siswa. Namun, kali ini suasana belajar terasa berbeda. Guru
telah menyiapkan permainan yang dirancang untuk membantu siswa memahami konsep
pembulatan dengan cara yang menyenangkan dan interaktif dengan penggunaan
metode Games Based Learning (GBL) yang menjadi strategi efektif untuk menguji
pemahaman mereka tentang pembulatan. Guru merancang permainan secara khusus dengan
ketentuan setiap kelompok harus menyelesaikan berbagai tantangan yang
melibatkan pembulatan angka dalam waktu yang ditentukan.
Sebelum
permainan dimulai, guru menjelaskan aturan dalam permainan yaitu siswa siswa kelas 4 yang terdiri dari 14 orang akan dibagi menjadi
3 kelompok dan di setiap kelompok disediakan alat penunjang permainan yaitu laptop
yang didalamnya sudah tersedia website yang berisi games pembulatan dengan serangkaian
pertanyaan pilihan ganda yang akan dijawab masing-masing peserta didik 1 soal
secara bergiliran dan berulang dengan barisan memanjang ke belakang. Tugas
mereka adalah membulatkan angka tersebut ke ribuan, ratusan, puluhan atau
satuan terdekat sesuai petunjuk soal.
Pada saat games berlangsung, tampak semua siswa sangat antusias
untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan. Permainan ini tidak hanya membuat
siswa bersemangat, tetapi juga melatih mereka dalam membuat keputusan
pembulatan dengan cepat dan tepat.
Setelah siswa menyelesaikan games tersebut, akan dipilih melalui
skor tertinggi untuk pemenangnya dan diberikan nilai dengan pengurangan nilai
(-10) untuk kelompok yang selesai dengan skor lebih rendah dari kelompok lain.
Metode GBL ini memungkinkan pembelajaran berdiferensiasi karena
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka masing-masing.
PENUTUP
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan ice breaking secara
berpasangan untuk mengambil benda dengan cepat. Ice breaking ini bertujuan
untuk merelaksasi pikiran siswa, memungkinkan mereka menyerap pelajaran dengan
lebih efektif, dan mengakhiri sesi dengan suasana yang positif.
Evaluasi pembelajaran dilakukan melalui refleksi. Siswa diajak
untuk mengulas kembali materi yang telah dipelajari, mengajak siswa untuk
mendiskusikan pengalaman mereka selama permainan. Siswa saling berbagi strategi
dan kesalahan yang mereka temui, serta bagaimana mereka mengatasinya. Hal ini
bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.
Guru memberikan umpan yang bersifat membangun dan siswa dimotivasi untuk
merefleksikan pembelajaran yang mereka peroleh. Guru merasa puas melihat
antusiasme siswa dan peningkatan pemahaman mereka tentang pembulatan. Refleksi
guru menunjukkan bahwa dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar konsep
pembulatan, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kerja sama,
dan pemecahan masalah. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan,
membuat siswa lebih termotivasi dan terlibat aktif dalam proses belajar.
Metode pembelajaran berdiferensiasi dengan Games Based Learning
ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan pemahaman terhadap kebutuhan
peserta didik, materi yang dianggap sulit atau membosankan dapat diubah menjadi
pengalaman belajar yang menarik dan efektif.
Tujuan dilakukan evaluasi pembelajaran materi
pembulatan pada pembelajaran berdiferensiasi dengan metode game based learning yaitu
untuk :
1.
Mengukur Pemahaman Siswa
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah memahami konsep pembulatan angka melalui permainan yang
telah dilakukan. Ini membantu guru dalam mengidentifikasi siswa yang mungkin
memerlukan bantuan tambahan.
2.
Meningkatkan Keterlibatan Siswa
Dengan metode game based learning, evaluasi dapat dirancang untuk mendorong partisipasi aktif siswa, sehingga mereka lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar.
3.
Menyesuaikan Strategi Pembelajaran
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk
menyesuaikan strategi pembelajaran di masa depan, memastikan bahwa metode yang
digunakan efektif dan sesuai dengan kebutuhan belajar setiap siswa.
4.
Memberikan Umpan Balik Konstruktif
Evaluasi memberikan kesempatan bagi
guru untuk memberikan umpan balik yang spesifik dan konstruktif kepada siswa,
membantu mereka memahami kesalahan dan memperbaiki pemahaman mereka.
5.
Memonitor Perkembangan Individu Siswa
Dengan evaluasi yang terstruktur, guru
dapat memantau perkembangan setiap siswa secara individu, memastikan bahwa
setiap siswa mencapai pemahaman yang diharapkan.
6.
Mengidentifikasi Kesenjangan Pembelajaran
Evaluasi membantu dalam
mengidentifikasi kesenjangan pembelajaran di antara siswa, sehingga
langkah-langkah perbaikan dapat diambil tepat waktu.
Dengan tujuan-tujuan ini, evaluasi dalam
pembelajaran berdiferensiasi melalui game based learning menjadi alat yang
efektif untuk mendukung dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep
pembulatan angka.
Sesi ditutup dengan salam kepada guru, menandai akhir dari proses
pembelajaran dan sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan. Salam ini juga
mencerminkan hubungan yang harmonis antara guru dan siswa, serta menegaskan
pentingnya komunikasi yang baik dalam proses belajar-mengajar.
Melalui praktik baik ini, Sekolah Cinta Kasih berkomitmen untuk
terus membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga
berkarakter dan berintegritas tinggi.
Saya percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun
Indonesia yang kuat. Saya sebagai guru, akan menginspirasi generasi muda untuk
mencapau potensi penuh mereka dan memberikan Pendidikan yang inklusif dan
inovatif untuk semua siswa. Suatu Ketika, ada siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar matematika. Melihat potensi siswa tersebut, saya memberikan
perhatian ekstra dengan menggunakan pendekatan kreatif seperti permainan
matematika dan hasilnya, ia tidak hanya lulus dengan nilai yang memuaskan,
tetapi juga menjadi lebih percaya diri dan termotivasi untuk terus belajar.
Melalui dedikasi yang saya berikan inilah banyak siswa berhasil mencapai prestasi yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa guru yang hebat dapat membentuk generasi muda yang kuat dan pada akhirnya memperkuat bangsa Indonesia.

Komentar
Posting Komentar